DOKTERPEDIATRI

"Smart Parent Circle – Pediatric Health Support"

Mimpi Buruk, Teror Malam, & Berjalan Sambil Tidur pada Anak

Mimpi buruk, teror malam, dan berjalan sambil tidur adalah gangguan tidur yang sering terjadi pada anak-anak dan dapat membuat orang tua khawatir. Mimpi buruk biasanya terjadi pada fase tidur REM dan sering kali membuat anak terbangun dalam keadaan takut, tetapi mereka dapat mengingat isi mimpi tersebut. Sementara itu, teror malam terjadi pada fase tidur non-REM dan ditandai dengan anak yang tiba-tiba berteriak, berkeringat, atau tampak ketakutan tanpa benar-benar terjaga. Berjalan sambil tidur juga terjadi pada fase non-REM, di mana anak dapat bangun dari tempat tidur dan berjalan tanpa sadar. Faktor seperti stres, kurang tidur, atau ketidakteraturan jadwal tidur dapat memperburuk kondisi ini.

Orang tua dapat membantu dengan menciptakan rutinitas tidur yang tenang dan teratur untuk anak, seperti membaca buku atau mendengarkan musik lembut sebelum tidur. Hindari paparan layar sebelum tidur dan pastikan anak cukup istirahat untuk mengurangi risiko gangguan tidur. Jika anak mengalami teror malam atau berjalan dalam tidur, jangan membangunkan mereka secara tiba-tiba, tetapi arahkan kembali ke tempat tidur dengan lembut. Pastikan lingkungan tidur aman, misalnya dengan mengunci pintu dan menjauhkan benda berbahaya. Jika gangguan ini terjadi terlalu sering atau menyebabkan risiko cedera, konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

Anak-anak dapat terbangun atau tidak tidur nyenyak di malam hari karena berbagai alasan. Mimpi buruk, teror malam, berjalan sambil tidur, dan berbicara sambil tidur, misalnya, merupakan masalah tidur yang umum terjadi pada anak-anak. Berikut adalah beberapa kiat yang perlu diingat saat hal itu terjadi.

Mimpi Buruk

Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang sering terjadi pada paruh kedua malam saat mimpi paling intens. Anak-anak dapat mulai mengalami mimpi buruk sejak usia 6 bulan. Mimpi buruk cenderung mencapai puncaknya antara usia 3 dan 12 tahun. Anak-anak dapat terbangun sambil menangis atau merasa takut dan mungkin mengalami kesulitan untuk kembali tidur. Jika anak Anda bermimpi buruk, respons terbaik adalah menghiburnya.

Mimpi buruk adalah pengalaman tidur yang menakutkan dan sering terjadi pada anak-anak, terutama pada usia 3 hingga 10 tahun. Mimpi ini biasanya muncul selama fase tidur REM dan dapat menyebabkan anak terbangun dengan perasaan takut atau cemas, bahkan terkadang menangis atau kesulitan kembali tidur. Penyebab mimpi buruk bisa beragam, mulai dari stres, kelelahan, kecemasan, paparan konten menakutkan sebelum tidur, hingga perubahan besar dalam kehidupan anak, seperti pindah rumah atau mulai sekolah. Meskipun mimpi buruk adalah bagian normal dari perkembangan anak, jika terjadi terlalu sering atau menyebabkan gangguan tidur yang signifikan, perlu perhatian lebih dari orang tua.

Untuk membantu anak mengatasi mimpi buruk, orang tua dapat menciptakan rutinitas tidur yang nyaman dan menenangkan, seperti membacakan cerita yang menyenangkan, memberikan pelukan, atau menyalakan lampu tidur dengan cahaya redup. Hindari paparan cerita, film, atau gambar yang menyeramkan sebelum tidur. Jika anak terbangun karena mimpi buruk, tenangkan dengan lembut dan yakinkan bahwa ia aman. Menyediakan boneka atau selimut favorit juga bisa memberikan rasa nyaman. Jika mimpi buruk terjadi sangat sering dan memengaruhi aktivitas anak di siang hari, konsultasikan dengan dokter atau psikolog anak untuk evaluasi lebih lanjut.

Apa yang dapat Anda lakukan
Dekap anak Anda secepat mungkin.

  • Yakinkan mereka bahwa Anda ada di sana dan tidak akan membiarkan apa pun menyakiti mereka.
  • Dorong mereka untuk menceritakan apa yang terjadi dalam mimpi itu. Ingatkan mereka bahwa mimpi itu tidak nyata.
  • Biarkan mereka tetap menyalakan lampu jika itu membuat mereka merasa lebih baik.
  • Setelah anak Anda siap, dorong mereka untuk kembali tidur.
  • Lihat apakah ada sesuatu yang membuat anak Anda takut, seperti bayangan. Jika ada, pastikan bayangan itu sudah hilang.

Teror malam

Teror malam (night terror) adalah gangguan tidur yang sering terjadi pada anak usia 3 hingga 12 tahun, terutama pada fase tidur non-REM awal di malam hari. Anak yang mengalami teror malam biasanya tiba-tiba menangis, berteriak, atau tampak ketakutan dengan mata terbuka, tetapi sebenarnya masih dalam keadaan tidur dan tidak menyadari lingkungan sekitarnya. Tidak seperti mimpi buruk, anak yang mengalami teror malam tidak akan mengingat kejadian tersebut saat bangun di pagi hari. Faktor pemicu bisa berupa kelelahan berlebihan, stres, demam, atau gangguan tidur lainnya.

Untuk membantu anak mengatasi teror malam, orang tua perlu menjaga rutinitas tidur yang teratur dan memastikan anak cukup istirahat agar tidak terlalu lelah. Jika teror malam terjadi, jangan membangunkan anak secara paksa, tetapi cukup dampingi dan pastikan ia aman hingga episode berlalu. Hindari faktor pemicu seperti stres atau kurang tidur, dan ciptakan suasana tidur yang tenang. Jika teror malam terjadi sangat sering, berlangsung lama, atau menyebabkan risiko cedera, konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Selama teror malam, anak Anda mungkin:

  • Menangis tak terkendali
  • Berkeringat, gemetar, atau bernapas cepat
  • Memiliki ekspresi ketakutan, bingung, atau mata berkaca-kaca
  • Melempar, menjerit, menendang, atau menatap
  • Tidak mengenali Anda atau menyadari Anda ada di sana
  • Mencoba mendorong Anda menjauh, terutama jika Anda mencoba memeluknya

Meskipun teror malam dapat berlangsung hingga 45 menit, sebagian besar berlangsung lebih singkat. Sebagian besar anak langsung tertidur kembali setelah teror malam karena mereka sebenarnya belum bangun. Tidak seperti mimpi buruk, seorang anak tidak akan mengingat teror malam.

Yang dapat Anda lakukan

  • Tetap tenang. Anak-anak tidak menyadari bahwa mereka pernah mengalami teror malam karena mereka sedang tidur, jadi tidak ada dampak pada anak-anak, hanya orang tua.
  • Pastikan anak Anda tidak dapat melukai dirinya sendiri. Jika mereka mencoba bangun dari tempat tidur, tahan mereka dengan lembut.
  • Ingat, setelah beberapa saat anak Anda mungkin akan rileks dan tidur dengan tenang lagi. Jika anak Anda mengalami teror malam, pastikan untuk memberi tahu pengasuh anak tentang teror malam dan apa yang harus dilakukan. Jika teror malam terus terjadi, bicarakan dengan dokter anak Anda.

Berjalan sambil tidur & berbicara sambil tidur

Seperti teror malam, berjalan sambil tidur dan berbicara sambil tidur terjadi saat anak-anak tidur nyenyak. Saat berjalan sambil tidur, anak-anak mungkin memiliki pandangan kosong. Mereka mungkin tidak menanggapi orang lain, dan mungkin sangat sulit untuk membangunkan mereka. Kebanyakan penderita berjalan sambil tidur kembali ke tempat tidur sendiri dan tidak ingat telah bangun dari tempat tidur. Berjalan sambil tidur cenderung terjadi dalam keluarga. Bahkan dapat terjadi beberapa kali dalam satu malam di antara anak-anak yang lebih besar dan remaja.

Berjalan sambil tidur (sleepwalking) dan berbicara sambil tidur (sleeptalking) adalah gangguan tidur yang umum terjadi pada anak-anak, terutama pada usia prasekolah hingga awal masa remaja. Keduanya termasuk dalam kelompok parasomnia yang terjadi selama fase tidur non-REM. Sleepwalking ditandai dengan anak yang bangun dari tempat tidur dan berjalan tanpa sadar, sering kali dengan tatapan kosong dan tidak merespons saat diajak bicara. Sementara itu, sleeptalking berupa ucapan atau gumaman yang terjadi saat tidur, sering kali tanpa makna dan tanpa ingatan saat bangun. Faktor pemicunya bisa berupa kelelahan, stres, demam, atau kurang tidur.

Orang tua dapat membantu dengan menciptakan rutinitas tidur yang teratur dan memastikan anak cukup istirahat agar tidak terlalu lelah. Jika anak berjalan dalam tidur, jangan membangunkan secara tiba-tiba, tetapi arahkan dengan lembut kembali ke tempat tidur. Pastikan lingkungan tidur aman dengan menjauhkan benda tajam dan mengunci pintu atau jendela jika diperlukan. Sleeptalking biasanya tidak memerlukan intervensi khusus kecuali terjadi sangat sering atau mengganggu kualitas tidur anak. Jika gangguan ini berlangsung lama atau menyebabkan risiko cedera, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

Yang dapat Anda lakukan

  • Pastikan anak-anak tidak melukai diri sendiri saat berjalan sambil tidur.
  • Bersihkan kamar tidur dari benda-benda yang dapat membuat anak tersandung atau jatuh.
  • Kunci pintu luar agar anak tidak dapat keluar rumah.
  • Blokir tangga agar anak tidak dapat naik atau turun.
  • Jangan mencoba membangunkan anak saat mereka berjalan atau berbicara sambil tidur. Bawa mereka kembali ke tempat tidur dengan lembut, dan mereka mungkin akan tidur sendiri.

Ingat

Jika memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tentang kebiasaan tidur anak Anda, jangan ragu untuk berbicara dengan dokter anak Anda.

Mimpi Buruk, Teror Malam, & Berjalan Sambil Tidur pada Anak serta Kaitannya dengan Alergi Makanan

Gangguan tidur seperti mimpi buruk, teror malam, dan berjalan sambil tidur sering dialami oleh anak-anak dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kelelahan, stres, dan pola tidur yang tidak teratur. Mimpi buruk terjadi pada fase tidur REM, menyebabkan anak terbangun dengan perasaan takut dan mengingat detail mimpi tersebut. Teror malam, yang terjadi pada fase non-REM, ditandai dengan anak yang tiba-tiba menangis atau berteriak dalam keadaan setengah sadar, tetapi sulit dibangunkan dan tidak mengingat kejadian tersebut di pagi hari. Berjalan sambil tidur (sleepwalking) juga terjadi pada fase non-REM, di mana anak dapat bangun dari tempat tidur dan berjalan tanpa sadar. Gangguan-gangguan ini umumnya tidak berbahaya, tetapi jika sering terjadi, dapat mengganggu kualitas tidur anak dan berdampak pada aktivitas sehari-hari.

Penelitian menunjukkan bahwa alergi makanan dapat berkontribusi terhadap gangguan tidur pada anak. Respons alergi, seperti peradangan dan pelepasan histamin, dapat memengaruhi sistem saraf dan mengganggu siklus tidur normal. Anak dengan alergi makanan juga lebih rentan mengalami gangguan pencernaan, gatal-gatal, atau hidung tersumbat saat tidur, yang dapat menyebabkan mereka terbangun lebih sering atau mengalami tidur yang tidak nyenyak. Beberapa studi menemukan bahwa anak dengan alergi makanan lebih sering mengalami mimpi buruk atau teror malam akibat ketidaknyamanan fisik yang mereka alami saat tidur. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memperhatikan pola makan anak dan mengidentifikasi makanan yang mungkin memicu reaksi alergi serta gangguan tidurnya.

Untuk membantu anak mengatasi gangguan tidur ini, orang tua dapat menjaga pola tidur yang teratur, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, serta menghindari makanan pemicu alergi yang dapat memperburuk kualitas tidur anak. Jika anak mengalami gejala alergi makanan yang berkaitan dengan gangguan tidur, konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut dan strategi pengelolaan yang tepat. Selain itu, terapi perilaku kognitif dan teknik relaksasi sebelum tidur dapat membantu anak lebih tenang dan tidur lebih nyenyak. Dengan pendekatan yang tepat, gangguan tidur pada anak dapat dikurangi, sehingga kualitas hidup mereka menjadi lebih baik.

Daftar Pustaka

  1. Mindell, J. A., & Owens, J. A. (2015). A Clinical Guide to Pediatric Sleep: Diagnosis and Management of Sleep Problems. Wolters Kluwer.
  2. Kahn, A., Van de Merckt, C., Rebuffat, E., Mozin, M. J., Sottiaux, M., Blum, D., & Hennart, P. (1989). Sleep problems in healthy preadolescents. Pediatrics, 84(3), 542-546.
  3. Naspitz, C. K., & Sole, D. (2001). Allergies and sleep disorders in children. Journal of Pediatric Allergy and Immunology, 12(Suppl 14), 79-83.
  4. Horne, R. S. C., & Biggs, S. N. (2013). The role of sleep in childhood allergic diseases and asthma. Current Opinion in Allergy and Clinical Immunology, 13(5), 591-597.
  5. Chervin, R. D., Archbold, K. H., Panahi, P., & Pituch, K. J. (2001). Sleep problems seldom addressed at two general pediatric clinics. Pediatrics, 107(6), 1375-1380.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *