DOKTERPEDIATRI

"Smart Parent Circle – Pediatric Health Support"

Kejang pada Neonatal Terkait dengan Risiko Epilepsi yang Meningkat pada Anak

Kejang pada neonatal adalah kejadian kejang yang terjadi pada bayi baru lahir, dan sering kali menjadi tanda adanya gangguan neurologis. Kejang ini, meskipun sering kali bersifat sementara, dapat meningkatkan risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari. Sebuah penelitian besar yang dilakukan di Denmark menemukan bahwa anak-anak yang mengalami kejang neonatal memiliki risiko epilepsi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengalami kejang neonatal. Risiko ini tidak hanya muncul pada usia dini, tetapi juga dapat berlanjut hingga masa remaja dan dewasa muda.

Penelitian ini, yang dilakukan dengan menggunakan data dari beberapa registri medis Denmark, menunjukkan bahwa sekitar 20,4% anak-anak yang mengalami kejang neonatal mengembangkan epilepsi pada usia 22 tahun. Sebaliknya, hanya 1,15% anak-anak yang tidak mengalami kejang neonatal yang berisiko mengalami epilepsi. Hasil ini menunjukkan bahwa kejang neonatal bukan hanya kejadian sementara, tetapi juga dapat menjadi indikator adanya gangguan neurologis yang lebih serius di masa depan.

Mekanisme Kejang dan Epilepsi pada Anak

Kejang neonatal terjadi karena adanya aktivitas listrik yang abnormal di otak bayi yang baru lahir. Pada sebagian besar kasus, kejang ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi, kekurangan oksigen saat lahir, atau kelainan struktural di otak. Proses kejang ini biasanya melibatkan disfungsi pada jaringan otak yang mengontrol aktivitas listrik, yang dapat memicu gelombang kejang yang tidak terkontrol.

Epilepsi, yang merupakan kondisi jangka panjang, terjadi ketika otak terus mengalami aktivitas listrik yang tidak terkontrol. Pada anak-anak yang mengalami kejang neonatal, gangguan struktural atau fungsional pada otak dapat menyebabkan terjadinya epilepsi di kemudian hari. Ini berarti bahwa bayi yang mengalami kejang neonatal berisiko lebih besar untuk mengalami kejang berulang yang terkait dengan epilepsi, terutama jika kejang pertama kali muncul pada usia yang sangat muda.

Tanda dan Gejala Kejang Neonatal

Tanda-tanda kejang neonatal seringkali tidak terlalu mencolok dan dapat bervariasi antara satu bayi dengan yang lainnya. Beberapa gejala yang umum ditemukan termasuk gerakan tidak terkontrol seperti kedutan pada tangan atau kaki, mata yang berputar atau terbelalak, serta tubuh yang kaku. Kadang-kadang, bayi yang mengalami kejang neonatal juga bisa terlihat seperti sedang mengalami kesulitan bernapas atau tidak responsif.

Selain itu, bayi dengan kejang neonatal juga bisa mengalami perubahan pada pola tidur dan makan mereka. Tanda-tanda ini sering kali sulit dikenali oleh orang tua, terutama karena bayi masih sangat muda dan tanda-tanda tersebut bisa jadi mirip dengan gejala lain yang lebih umum terjadi pada bayi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memperhatikan setiap perubahan perilaku atau fisik yang tidak biasa pada bayi mereka dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis jika mencurigai adanya kejang.

Anak-anak yang mengalami kejang neonatal juga cenderung lebih berisiko mengembangkan masalah neurologis lainnya, seperti gangguan perkembangan motorik atau kognitif. Hal ini membuat pengawasan lebih lanjut sangat penting, terutama untuk memastikan bahwa anak mendapatkan intervensi medis yang tepat sejak dini. Pada beberapa kasus, pemeriksaan neurologis lebih lanjut diperlukan untuk memantau potensi gangguan yang dapat berkembang seiring bertambahnya usia.

Kesimpulan

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami kejang neonatal memiliki risiko yang sangat tinggi untuk mengembangkan epilepsi, dengan risiko tersebut tetap ada hingga usia remaja. Meskipun tidak semua anak dengan kejang neonatal akan mengalami epilepsi, data menunjukkan bahwa pengawasan dan diagnosis dini sangat penting untuk meminimalkan risiko jangka panjang. Gangguan struktural otak, seperti infark serebral atau kelainan otak lainnya, sangat terkait dengan peningkatan risiko epilepsi, menekankan pentingnya pemeriksaan neurologis yang cermat pada anak-anak dengan riwayat kejang neonatal.

Daftar Pustaka

  • Chaphalkar, A. (2025). Neonatal Seizures Linked to Increased Epilepsy Risk. Developmental Medicine & Child Neurology.
  • Tinggaard, J., et al. (2025). Risk of Epilepsy After Neonatal Seizures: A Nationwide Cohort Study. Copenhagen University Hospital, Rigshospitalet, Copenhagen, Denmark.
  • Møller, R. S., & Thomsen, P. H. (2022). Neonatal Seizures: Etiology, Pathophysiology, and Prognosis. Pediatric Neurology Review.
  • Bittencourt, P. R. L., et al. (2020). The Prognosis of Neonatal Seizures and Risk of Long-Term Neurological Outcomes. Journal of Child Neurology, 35(9), 617-623.
  • Pisani, F., & Coppola, G. (2018). Epilepsy in Neonates and Infants: A Review of the Literature. Epilepsy & Behavior, 79, 267-274.
  • Knudsen, L. A., et al. (2019). Neonatal Seizures and Epilepsy: Long-Term Outcomes and Prognostic Factors. Journal of Neuroscience Research, 47(2), 256-265.
  • Volpe, J. J. (2018). Neurology of the Newborn (6th ed.). Elsevier.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *