DOKTERPEDIATRI

"Smart Parent Circle – Pediatric Health Support"

Overdiagnosis Tuberkulosis (TB) pada Anak dengan Gangguan Berat Badan dan Alergi Pencernaan

Sandiaz Yudhasmara, Widodo Judarwanto

Overdiagnosis tuberkulosis (TB) pada anak-anak dengan gejala sulit makan dan gangguan berat badan merupakan masalah yang sering terjadi, terutama di negara dengan prevalensi TB yang tinggi, seperti Indonesia. Gejala seperti penurunan berat badan, batuk, dan demam sering kali disalahartikan sebagai indikasi TB, padahal bisa jadi gejala tersebut merupakan manifestasi dari gangguan pencernaan atau alergi makanan. Hal ini terjadi karena banyak penyakit dengan gejala serupa yang bisa menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak, namun seringkali lebih cepat didiagnosis sebagai TB tanpa konfirmasi bakteriologis yang memadai. Akibatnya, anak-anak yang tidak menderita TB mendapatkan pengobatan yang tidak hanya tidak efektif, tetapi juga berisiko menimbulkan efek samping yang berbahaya, seperti kerusakan organ tubuh.

Penundaan dalam diagnosis yang tepat juga sering terjadi, terutama dalam kasus smear-negative pulmonary tuberculosis (PTB), di mana hasil sputum negatif tidak cukup untuk menyingkirkan kemungkinan TB. Beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh Davies dan Pai (2008), menunjukkan bahwa keterbatasan fasilitas medis dan ketergantungan pada diagnosis klinis atau pencitraan tanpa tes molekuler atau kultur yang lebih akurat dapat menyebabkan overdiagnosis. Hal ini sangat berisiko pada anak-anak, karena pengobatan TB yang tidak perlu dapat mengganggu perkembangan mereka dan memperburuk kondisi medis lainnya, seperti gangguan pencernaan atau alergi makanan yang mungkin belum terdeteksi.

Selain itu, penting untuk membedakan antara gejala yang disebabkan oleh alergi pencernaan dan TB, karena keduanya memiliki manifestasi klinis yang mirip, seperti penurunan berat badan dan gangguan makan. Alergi pencernaan pada anak-anak, seperti alergi terhadap susu atau makanan tertentu, dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang mengarah pada penurunan berat badan dan masalah pertumbuhan. Namun, alergi ini sering kali tidak didiagnosis dengan benar, dan anak-anak seringkali mendapatkan pengobatan yang tidak sesuai, seperti pengobatan untuk TB, yang bisa memperburuk kondisi mereka.

Tabel Perbedaan Gejala Alergi Pencernaan dan TB Paru pada Anak

Gejala Alergi Pencernaan Tuberkulosis Paru (TB)
Batuk Tidak ada atau ringan, biasanya tidak menetap Batuk terus-menerus, terutama pada malam hari
Penurunan Berat Badan Penurunan berat badan terkait gangguan makan Penurunan berat badan yang signifikan dan cepat
Demam Bisa terjadi jika ada infeksi sekunder Demam berkepanjangan, terutama pada malam hari
Gangguan Pencernaan Diare, muntah, kembung, atau sakit perut Tidak ada gangguan pencernaan spesifik
Gejala Lain Ruam kulit, gatal, atau pembengkakan pada wajah Keringat malam, kelemahan, atau sesak napas
Pemeriksaan Tes alergi atau eliminasi makanan Tes sputum, kultur, dan pencitraan radiologis

Gejala-gejala ini menunjukkan bahwa meskipun ada tumpang tindih dalam manifestasi klinis antara alergi pencernaan dan TB, pemeriksaan yang lebih teliti dan penggunaan tes diagnostik yang tepat sangat penting untuk mencegah overdiagnosis. Penggunaan teknik diagnostik modern seperti kultur bakteri, tes molekuler, dan pencitraan lanjutan sangat diperlukan untuk memastikan diagnosis yang akurat. Dengan pendekatan yang lebih hati-hati dan pemeriksaan yang lebih menyeluruh, kita dapat menghindari pemberian pengobatan yang tidak perlu, yang dapat membahayakan kesehatan anak-anak.

Penanganan yang Tepat dan Pentingnya Diagnosis yang Akurat

Penting bagi tenaga medis untuk selalu mempertimbangkan berbagai kemungkinan penyebab gejala pada anak-anak dengan gangguan berat badan dan kesulitan makan. Dalam kasus yang mencurigakan, pemeriksaan lebih lanjut seperti tes alergi atau pemeriksaan endoskopi saluran cerna harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan pencernaan atau alergi makanan. Pengobatan yang tepat sesuai dengan diagnosis yang akurat akan memastikan bahwa anak-anak mendapatkan perawatan yang sesuai, mencegah komplikasi lebih lanjut, dan mendukung pertumbuhan serta perkembangan mereka.

Selain itu, upaya untuk meningkatkan kesadaran di kalangan tenaga medis mengenai perbedaan antara alergi pencernaan dan TB sangat penting. Pendidikan dan pelatihan lebih lanjut mengenai teknik diagnosis yang lebih canggih, serta penerapan pedoman klinis yang lebih ketat, akan membantu mencegah overdiagnosis TB dan memastikan bahwa pengobatan yang diberikan sesuai dengan kondisi medis pasien. Hal ini tidak hanya akan mengurangi morbiditas akibat pengobatan yang tidak tepat, tetapi juga akan mempercepat pemulihan anak-anak yang benar-benar membutuhkan perawatan yang sesuai.

Daftar Pustaka:

  1. Gill, G. V., Krige, L. P., & Pelly, M. D. (1983). Overdiagnosis of tuberculosis. Case Reports S Afr Med J, 63(24), 933-935. PMID: 6857418.
  2. Dippenaar, J. (1986). Overdiagnosis of tuberculosis: A report of 3 cases. S Afr Med J, 70(13), 839-840. PMID: 3798275.
  3. Davies, P. D. O., & Pai, M. (2008). The diagnosis and misdiagnosis of tuberculosis. Int J Tuberc Lung Dis, 12(11), 1226-1234. PMID: 18926032.
  4. Gill, G. V., Krige, L. P., & Pelly, M. D. (1983). Overdiagnosis of tuberculosis. Case Reports S Afr Med J, 63(24), 933-935. PMID: 6857418.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *