Sialorrhea atau air liur berlebihan adalah kondisi yang kerap dikeluhkan oleh orang tua, terutama ketika anak sudah berusia lebih besar namun tetap mengalami “ngeces” atau meludah secara berlebihan. Artikel ini mengulas berbagai penyebab sialorrhea dari yang ringan hingga berat, termasuk peran hipersensitivitas saluran cerna akibat alergi makanan. Penjelasan anatomi, fisiologi, dan penanganan sistematis disertakan untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif.
Sialorrhea, juga dikenal sebagai hipersalivasi atau drooling, adalah sekresi air liur yang berlebihan hingga keluar dari mulut. Normalnya, anak-anak memproduksi sekitar 1–1,5 liter air liur per hari. Namun, pada anak dengan sialorrhea, produksi bisa meningkat hingga 5 liter. Meskipun umum pada bayi, kondisi ini menjadi abnormal jika berlangsung terus hingga anak berusia besar dan berdampak sosial maupun fisik.
Jenis Sialorrhea
- Sialorrhea Anterior: Air liur keluar dari mulut dan membasahi dagu, baju, hingga meja belajar.
- Sialorrhea Posterior: Air liur tertelan ke saluran napas, meningkatkan risiko aspirasi, batuk kronik, dan infeksi paru.
Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Ludah
Tiga kelenjar utama:
- Parotis: Menghasilkan air liur serosa, encer, saat dirangsang (misalnya saat makan).
- Submandibular dan Sublingual: Menghasilkan air liur kental, mukoid, dalam kondisi basal.
Regulasi kelenjar:
- Sistem Parasimpatis: Merangsang produksi air liur melalui reseptor kolinergik → sekresi encer.
- Sistem Simpatis: Merangsang sekresi mukus yang lebih kental → bisa menimbulkan sensasi tersedak.
Penyebab Sialorrhea pada Anak
- Ringan (Umum) Hipersensitivitas Saluran Cerna / Alergi Makanan
Banyak ditemukan pada anak dengan:- Mudah muntah saat menangis, batuk, atau aktif bergerak
- Sering nyeri perut atau kolik
- Sulit buang air besar atau tinja tidak normal (bau sangat menyengat, warna hijau/hitam)
- Lidah kotor, bau mulut, produksi air liur berlebihan
- Gangguan makan dan tidur
- Kondisi ini seringkali membaik dengan usia (3–5 tahun), terutama setelah perbaikan saluran cerna dilakukan.
- Sedang–Berat (Neurologis & Anatomi)
- Kelainan Neurologis: Cerebral palsy, cedera otak, stroke, gangguan perkembangan otak → mengganggu kontrol otot orofaringeal.
- Kelainan Anatomi: Makroglosia (lidah besar), rahang pendek, celah langit-langit, kelainan otot wajah.
Dampak Sosial dan Klinis
- Gangguan sosial (dijauhi teman karena ngeces/meludah)
- Infeksi kulit sekitar mulut dan dagu
- Bau mulut, karies gigi
- Gangguan tidur dan kecemasan
- Risiko aspirasi jika sialorrhea posterior
Diagnosis
- Evaluasi riwayat alergi makanan
- Pemeriksaan saluran cerna (anamnesis feses, pola makan, nyeri perut)
- Pemeriksaan neurologis dan anatomi bila dicurigai penyebab berat
- Penilaian perilaku makan dan tidur anak
Penanganan
- Jika Berhubungan dengan Gangguan Saluran Cerna/Alergi Makanan Langkah utama: identifikasi dan eliminasi makanan pemicu. Metode: Oral Food Challenge (Eliminasi-Provokasi Makanan)
- Jika Disebabkan Neurologis atau Anatomi
-
- Hindari makanan yang dicurigai sebagai alergen selama 3 minggu.
- Konsumsi hanya makanan yang aman dan tidak memicu reaksi pencernaan.
- Evaluasi perbaikan gejala:
✔ Tidak muntah saat batuk/menangis
✔ Nyeri perut hilang
✔ Buang air besar normal
✔ Lidah bersih dan tidak bau mulut
✔ Air liur kembali normal
-
- Tes alergi darah/IgE atau skin test tidak selalu menunjukkan hasil akurat → eliminasi makanan tetap metode terbaik.
- Jika Disebabkan Neurologis atau Anatomi
- Terapi okupasi atau terapi wicara (oral motor therapy)
- Obat antikolinergik (misalnya glycopyrrolate) untuk mengurangi sekresi
- Injeksi botox pada kelenjar ludah (kasus berat)
- Intervensi bedah (jarang, pada kasus anatomis berat)
Pencegahan dan Monitoring
- Hindari makanan tinggi alergen jika anak berisiko alergi
- Jaga kebersihan mulut dan dagu
- Konsultasi rutin dengan dokter anak, spesialis alergi, atau neurologi
- Observasi tanda bahaya seperti batuk kronis, gangguan napas, atau keterlambatan bicara
Kesimpulan
Sialorrhea adalah kondisi yang dapat berasal dari gangguan ringan seperti hipersensitivitas saluran cerna akibat alergi makanan, maupun gangguan berat seperti kelainan neurologis atau anatomi. Pendekatan terbaik pada kasus ringan adalah memperbaiki kondisi pencernaan anak melalui eliminasi makanan provokatif. Penanganan yang tepat dapat memperbaiki kualitas hidup anak secara signifikan, mengurangi kecemasan orang tua, dan membantu perkembangan sosial anak.
Saran
- Orang tua perlu memahami bahwa tidak semua kondisi ngeces adalah kelainan serius, namun jika berlangsung lama dan mengganggu, perlu dievaluasi.
- Eliminasi provokasi makanan dengan bimbingan profesional menjadi strategi utama untuk gangguan ringan.
- Untuk gangguan berat, kolaborasi multidisiplin sangat penting: dokter anak, ahli saraf, ahli alergi, dan terapis wicara.
Leave a Reply