DOKTERPEDIATRI

Parenting Cermat, Anak Sehat

Overdiagnosis Tuberkulosis (TB) pada Anak dengan Alergi Saluran Pernapasan, Asma, dan Infeksi Saluran Pernapasan Berulang

Widodo Judarwanto, Audi Yudhasmara

Overdiagnosis tuberkulosis (TB) pada anak-anak dengan gejala alergi saluran pernapasan, asma, atau infeksi saluran napas berulang adalah masalah medis yang sering terjadi, terutama di negara-negara dengan prevalensi TB yang tinggi seperti Indonesia. Gejala-gejala seperti batuk, demam, dan penurunan berat badan sering kali ditemukan pada anak-anak dengan TB, namun gejala yang serupa juga dapat muncul pada anak-anak dengan kondisi medis lain seperti alergi saluran pernapasan atau asma. Hal ini berisiko menyebabkan diagnosa TB yang salah dan pengobatan yang tidak tepat, yang dapat memperburuk kondisi anak dan mengarah pada komplikasi lain.

Salah satu masalah utama dalam overdiagnosis TB adalah kecenderungan tenaga medis untuk cepat memberikan diagnosis TB berdasarkan gejala yang ada tanpa pemeriksaan yang memadai. Dalam banyak kasus, gejala seperti batuk kronis dan demam pada anak-anak dengan infeksi saluran pernapasan berulang atau asma bisa disalahartikan sebagai TB tanpa adanya konfirmasi bakteriologis yang cukup. Hal ini sangat berisiko karena pengobatan TB yang tidak tepat dapat menyebabkan efek samping yang merugikan, seperti kerusakan hati atau ginjal, dan mengganggu perkembangan anak.

Selain itu, penting untuk memperhatikan bahwa infeksi saluran pernapasan berulang pada anak-anak sering kali disebabkan oleh faktor-faktor seperti alergi atau infeksi virus, yang dapat menyebabkan gejala yang sangat mirip dengan TB. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih hati-hati dalam mendiagnosis TB pada anak-anak dengan gejala pernapasan sangat penting. Pemeriksaan yang lebih menyeluruh, termasuk tes diagnostik yang lebih canggih seperti kultur bakteri, tes molekuler, dan pencitraan radiologis, harus dilakukan untuk memastikan diagnosis yang akurat dan menghindari overdiagnosis.

Tabel Perbedaan Gejala Alergi Saluran Pernapasan dan TB Paru pada Anak

Gejala Alergi Saluran Pernapasan dan Asma Tuberkulosis Paru (TB)
Batuk Batuk kronis, terutama pada malam hari, sering kambuh Batuk terus-menerus, terutama pada malam hari, bisa disertai darah
Penurunan Berat Badan Penurunan berat badan ringan hingga sedang Penurunan berat badan yang signifikan dan cepat
Demam
  • Demam ringan atau tidak ada,
  • pada penderita asma
  • dan alergi beresiko terjadi infeksi berulang,
  • sehingga bisa menimbulkan gejala demam berulang,
Demam berkepanjangan, terutama pada malam hari
Kesulitan Bernapas Sesak napas, terutama pada malam hari atau setelah terpapar alergen Sesak napas, terutama jika TB sudah lanjut dan melibatkan paru-paru
Riwayat Keluarga Riwayat alergi keluarga, termasuk asma atau rinitis alergi Riwayat TB dalam keluarga, kontak dengan pasien TB aktif
Gejala Lain Dapat disertai dengan gatal, ruam, atau hidung tersumbat Keringat malam, kelemahan, atau nyeri dada
Pemeriksaan Tes alergi, spirometri, dan uji fungsi paru Tes sputum, kultur, dan pencitraan radiologis

Gejala-gejala ini menunjukkan bahwa meskipun ada tumpang tindih dalam manifestasi klinis antara alergi saluran pernapasan dan TB, pemeriksaan yang lebih teliti dan penggunaan tes diagnostik yang tepat sangat penting untuk mencegah overdiagnosis. Misalnya, tes alergi dan spirometri untuk asma dapat membantu membedakan antara alergi saluran pernapasan dan TB. Sebaliknya, pemeriksaan sputum, kultur, dan pencitraan paru-paru sangat penting untuk memastikan diagnosis TB yang akurat.

Penanganan yang Tepat dan Pentingnya Diagnosis yang Akurat

Pada anak-anak dengan gejala saluran pernapasan berulang, sangat penting untuk membedakan antara TB dan kondisi medis lainnya, seperti alergi saluran pernapasan atau asma. Penggunaan pendekatan diagnostik yang lebih canggih, seperti tes molekuler atau kultur, akan membantu menghindari kesalahan diagnosis dan overdiagnosis. Pengobatan yang tidak tepat, seperti pemberian obat TB pada anak yang sebenarnya menderita asma atau alergi, dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya dan memperburuk kondisi anak.

Selain itu, penting bagi tenaga medis untuk mempertimbangkan riwayat keluarga dan faktor lingkungan dalam menentukan diagnosis. Anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan prevalensi TB tinggi atau yang memiliki riwayat kontak dengan penderita TB aktif harus dievaluasi dengan lebih cermat. Namun, gejala seperti batuk kronis dan demam juga dapat disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan lainnya, termasuk infeksi virus atau alergi, yang memerlukan pendekatan pengobatan yang berbeda.

Kesimpulan

Overdiagnosis TB pada anak-anak dengan gejala alergi saluran pernapasan, asma, atau infeksi saluran napas berulang adalah masalah yang dapat dihindari dengan pemeriksaan yang lebih teliti dan penggunaan teknologi diagnostik yang lebih maju. Peningkatan kesadaran di kalangan tenaga medis mengenai perbedaan antara gejala TB dan alergi pernapasan sangat penting untuk mencegah overdiagnosis. Dengan pendekatan yang lebih hati-hati dan pemeriksaan yang lebih menyeluruh, kita dapat memastikan bahwa anak-anak menerima pengobatan yang sesuai dengan kondisi medis mereka, menghindari efek samping yang tidak perlu, dan mendukung pemulihan mereka dengan lebih efektif.

Daftar Pustaka:

  1. Gill, G. V., Krige, L. P., & Pelly, M. D. (1983). Overdiagnosis of tuberculosis. Case Reports S Afr Med J, 63(24), 933-935. PMID: 6857418.
  2. Dippenaar, J. (1986). Overdiagnosis of tuberculosis: A report of 3 cases. S Afr Med J, 70(13), 839-840. PMID: 3798275.
  3. Davies, P. D. O., & Pai, M. (2008). The diagnosis and misdiagnosis of tuberculosis. Int J Tuberc Lung Dis, 12(11), 1226-1234. PMID: 18926032.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *